Keberadaan Pasar Antik di Bandung, kini menjadi salah satu destinasi wisata yang tepat bagi para kolektor barang antik dan unik untuk memenuhi kebutuhannya. Sejak diresmikan pada 3 Oktober 2013 oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, tempat yang berlokasi di lantai 3 Cikapundung Electronic Center (CEC) ini menjelma menjadi icon baru sebagaimana pasar serupa yang terlebih dahulu ada di Jakarta dan Surabaya.
Ketika pertama kalinya saya menginjakan kaki di Pasar Antik, tak terlihat banyak pengunjung yang datang. Tempat ini terasa sepi untuk ukuran sebuah pasar atau tempat wisata. Meskipun berada di pusat kota, nampaknya belum banyak orang tahu bahwa kini Bandung memiliki sebuah destinasi baru yang mampu menjadi wahana bagi pengunjung untuk melakukan perjalanan waktu/time traveler. Bagaimana tidak, melihat barang bernuansa jadul ternyata mampu membangkitkan memori yang terkenang dalam diri saya, sama halnya jika kamu mendengarkan sebuah lagu selalu ada cerita yang terpendam di otak dan kadang bangikt sewaktu-waktu.
Berjalan menyusuri sudut-sudut gerai di Pasar Antik menyadarkan saya betapa cepatnya waktu berputar dan betapa hebatnya manusia mensyukuri anugerah pemberian Tuhan dan menyalurkannya ke dalam sebuah karya. Rentetan radio-radio tua, kamera tua, kotak musik dengan piringan hitam, dan video game yang populer di era 80’an yang sebagian kita kenal dengan istilah dingdong terdapat di pasar ini. Hal ini kemudian mengundang rasa penasaran saya untuk menggali lebih dalam tentang sejarah awal mulanya terbentuk Pasar Antik.
Dingdong nasib mu kini.. |
“Pengusaha di Pasar Antik berasal dari pedagang barang antik di pinggir jalan,ada juga yang awalnya berjualan di rumah kami kordinir dan kami fasilitasi. Walaupun masih seadanya karena berlokasi di lantai 3 CEC, tapi hal ini tidak menghambat usaha mereka untuk berkembang seiring dengan semakin dikenalnya nama Pasar Antik oleh masyarakat,” kata Sutarto Pranoto, Manajer Pengelola Pasar Antik.
Ketika asik berjalan kembali mengitari sudut Pasar Antik, mata saya pun terpaku pada sebuah toko bernama Gubug Galuh. Susunan furniture yang sangat kental akan nuansa vintage tertata rapih dan berestetika, membuat mata saya terasa nyaman saat menyapu pandangan ke arah interior yang menghiasi toko tersebut. Di depan tokonya nampak beberapa potret wajah artis sekelas David Naif, Ahmad Dhani, bahkan Tantowi Yahya terpampang rapih dalam sebuah bingkai kayu. Menuju tahun ketiga, rupanya Pasar Antik telah mampu menarik perhatian musisi-musisi tersebut untuk beburu barang antik ke sini.
Asep mengaku, sebelum membuka toko Gubug Galuh, dia hanya menjual koleksi barang antik di rumahnya sehingga konsumen yang memebeli tidak tersebar luas dan hanya berkutat di lingkungan pertemanan saja. Keberadaan Pasar Antik kini mampu menjadi akternatif yang menjembatani konsumen dengan pedagang barang antik.
Produk yang dijajakan Asep antara lain jam, peralatan dapur, peralatan kantor, dekorasi jadul, dan barang elektronik yang sudah berumur. Dia mengatakan, barang tersebut diperoleh melalui hasil koleksi pribadinya sejak SMA. ”Saya hobi mengoleksi barang-barang unik di rumah, dari kelas 2 SMA saya sudah mulai menggumuli barang-barang antik dan lucunya pengorbanan saya beli satu barang itu mengorbankan uang transport saya untuk dua minggu. Tapi tidak di sangka kalo sekarang dijual harganya mahal,” tuturnya.
Legenda hidup rilisan fisik musik |
Disamping menjual barang antik, Asep juga menyediakan jasa penyewaan barang bagi konsumen yang membutuhkan dekorasi untuk hiasan acara atau kebutuhan film yang memerlukan sentuhan tempo dulu. Dia mematok 20% dari harga barang untuk satu hari penyewaan dengan syarat tidak ada cacat setelah barang digunakan.
Rasanya akan membutuhkan waktu lebih dari satu hari jika saya ingin mengulik lebih dalam mengenai asal usul dari berbagai barang antik maupun kisah para pengusaha di Pasar Antik. Jika kamu penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai tempat ini, datang saja ke CEC yang lokasinya berdekatan dengan jalan Braga. Pandai-pandailah menawar dan memilih barang sepeti layaknya mencari jodoh. Masuk ke tempat ini juga gratis kok, jadi tak perlu khawatir kantong terkuras kalau kamu ingin sekedar berkunjung. Kamu juga bisa dapet pahala loh kalau main ke sini karena banyak spot menarik yang bisa kamu abadikan lewat kamera dan kamu share ke media sosia. Nah, Siapa tahu dengan begitu tempat ini jadi lebih ramai yang kemudian akan mendatangkan rejeki bagi para pengusahanya.
Penulis dan foto :
Sekarang siapa aja bisa jadi fotografer, dulu? |
sepeda fixie masuk kategori antik juga gak sih? |
Udah kayak tempelan kulkas |
Feari @fearikrisna jurnalis spesialist feature.
Padapiknik adalah sub konten dari GSpot (guide spot) yang mereview tempat-tempat wisata dan spot seru dan instragam-able untuk di kunjungi. konten padapiknik lainnya : klik disini Rekomendasikan padapiknik di komen bawah atau melalui email, jangan lupa cantumin salah satu akun media sosial kamu yah :)
jual kalkulator kuno, antik tahun 1970 merk SANYO model ICC82D digital pertama SANYO
ReplyDeletedi jual cepat hubungi kami di 089663655341